Setiap dosen dan peneliti memiliki kebutuhan untuk memahami ciri-ciri jurnal predator supaya bisa lebih mudah menghindarinya. Jurnal predator adalah model bisnis yang mengeksploitasi model jurnal OA untuk meraup uang sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kualitas artikel yang dipublikasi., kemunculan jurnal predator memang memanfaatkan kesempatan di tengah perlunya publikasi hasil penelitian. Dosen dan peneliti tentu memahami betapa sulitnya proses publikasi tersebut.
Bagi tim predatory journals memiliki ilmu teknologi yang lebih canggih, yaitu dengan mengumpulkan data kontak, kemudian dari data yang diperoleh tersebut, dilihat data-data yang potensial dan memiliki gelar akademik (seperti dosen) untuk dikirim email spam. Isinya pun macam-macam, yang intinya mengajak dosen untuk menulis jurnal-jurnal dengan judul “jurnal Internasional”. Bagi dosen yang membutuhkan aktualisasi diri sudah jelas sangat tertarik, karena akan digunakan untuk banyak kepentingan, misal untuk kenaikan jabat, beasiswa dan syarat yang mengharuskan dipublikasikan.
Terkait tentang jurnal predator. Ada banyak sekali perusahaan atau penerbit predator yang mengatasnamakan atau menyamar sebagai penyedia dan penyalur jurnal. Jika Anda menemukan hal ini, Anda perlu mewaspadai dan mencurigai. Jika perlu menghindarinya. Berikut adalah ciri-ciri predatory journals yang perlu Anda waspadai
- Meminta biaya submit
Sumber masalah ini sebenarnya bukan karena jurnalnya, tetapi karena proses prosedurnya. Karena mereka tidak ada editor atau penyeleksi makalah jurnal yang masuk. Dengan kata lain, semua naskah yang masuk diterima. Prinsipnya adalah menerima uang, apapun bentuk naskah jurnal diterima. Inilah yang menjadi sumber permasalahan yang terjadi.
Dosen yang menerbitkan di web atau penerbit predatory journals dikenai biaya ratusan ribu hingga ribuan dolar per makalah. Skema ini memang sengaja dibuat para web atau penerbit predator untuk mendulang keuntungan. Memang keuntungan yang diperoleh dua arah. Jadi pihak dosen untung karena mendapatkan aktualisasi diri, dan pihak jurnal predator mendapatkan sejumlah uang yang diminta.
- Tidak Ada Editorial Board
Karena tidak ada tim penyeleksi naskah atau editor penyeleksi naskah, yang disebut juga dengan editorial board. Di Indonesia, salah satu publikasi jurnal yang berkredibel dan alur prosesnya jelas adalah program Kemenristekdikti. DI sana ada tim editorial board, sehingga penelitian yang masuk sangat selektif dan ketat. Setiap jurnal yang dipublikasikan pun berkredibel.
- Isi Jurnal Tidak Terintegrasi
Jurnal yang masuk ke web atau penerbit berkredibel, syarat jurnal yang dimasukan harus terintegrasi. Maksud terintegrasi dalam hal ini saling berkaitan dan ada korelasinya. Sedangkan di jurnal predator, jurnal yang ditulis banyak yang tidak terintegrasi. Bahkan naskah antara judul dan abstrak tidak saling tersambung. Jangankan dari judul ke abstrak, kadang judul dan isi juga tidak terintegrasi dan banyak kyang salah.
- Waktu Terbit Tidak Jelas
Ciri yang paling menonjol yang lain adalah, waktu terbit tidak jelas. Jadi bisa di terbitkan sewaktu-waktu. Bahkan, tidak ada bentuk fisik seperti print-printnan. Sekalipun ada bentuk fisik berupa print, hanya di print manual, menggunakan mesin print sehari-hari. Bukan diterbitkan oleh penerbit resmi atau penerbit terdaftar.
- Website Tidak Profesional
Ciri selanjutnya adalah website tidak professional. Salah satu bentuk jika web tersebut tidak professional dapat dilihat dari hasilnya. Jadi banyak jurnal yang dipublikasikan di open access journal pun juga di publikasikan di jurnal Internasional bergengsi yang lain. Dengan kata lain, ada dua publikasi yang sama. Tentu saja ini sebenarnya tidak dibenarkan. Kemudian apabila hendak menarik jurnal yang sudah di publish di open access journal akan dimintai lagi uang penarikan jurnal. Dari sini jelas, ini hanya mengambil keuntungan semata.
- Nama Jurnal dan Editorial Board Tidak Selaras
Hal yang paling banyak ditemukan dalam open access journal adalah banyak ditemui ketidakselarasan antara judul, nama jurnal dan isi jurnal itu sendiri. Ketidakselaran ini bisa karena tidak ada proses editing atau penyeleksi jurnal dari pihak tim. Ada juga yang karena asal menulis, tanpa memperhatikan konten isi.
Apa itu NIDN dan NIDK..?
0 Comments